Membayangkan bumi terdiri dari beberapa isi, salah satunya adalah pintu-pintu dengan warna, nomor, dan jenis yang berbeda. Banyak yang mencoba "menjajalinya" secara serentak, sekaligus, sesungguhnya mereka dalam keadaan yang hina. Tetapi, ada pula yang berusaha memasukki salah satu pintu, entah gagal atau berhasil itu bukan suatu masalah. Karena ketika gagal, ada pintu lain yang mungkin siap menerima.

Satu pintu tidak seharusnya menjadi penghalang, berkutat di posisi yang sama bukanlah keadaan sehat. Pengalaman sudah menjadi teman terbaik mengingatkan Kita. Buka mata dan lihatlah keadaan sekitar. Kita harus lebih menggunakan logika dan hati secara beriringan dan berdampingan, tetap seimbang. Bicara soal pintu, seluruh tenaga harus digunakan untuk membuka sebuah pintu. Biarkan keringat mengucur, otak memanas. Asal Kita yakin pintu itu masih dapat diperjuangkan. Cerita akan berbeda jika pintu itu tidak mau terbuka, bukan tidak bisa. Jika itu sudah terjadi, Kita harus menyerah, tanpa larut dengan keadaan.
Bicara soal pintu, seluruh tenaga harus digunakan untuk membuka sebuah pintu
Jangan sedih, jangan merana. Meski hal itu tidaklah mudah. Mengutip dari sebua kitab suci, "dibalik kesulitan, pasti ada kemudahan". Kegagalan membuka satu pintu tidaklah kekal. Ingat! Bahwa masih banyak pintu yang siap dibuka. Berusaha dan terus berusaha, hingga Kita menemukan pintu yang dapat terbuka dan di dalamnya terdapat sambutan yang hangat atas usaha Kita. Pada titik tersebut akan memacu Kita untuk membayangkan usaha yang telah Kita lakukan di belakang. Semua terasa begitu manis, legit layaknya mangga matang di siang hari yang panas. Maka dari itu, pesan untuk Kita, jangan pernah menyerah karena semua ada jalan.

Apakah Kalian menganggap tulisan ini hanya sekadar coretan tak bertujuan? Imajinasi yang khayal? Ku rasa tidak, kejadian itu benar ada dalam kasus yang bermacam-macam. Imajinasi hanya analogi, semua dikembalikan pada pelaku interpretasi. Salam kehidupan!

Gambar: www.unsplash.com