Piknik Sore (Photo by Willian Justen de Vasconcellos on Unsplash)

Cahaya matahari sore yang jatuh ke bumi. Menyentuh setiap indra pada permukaan kulit, menembus masuk hingga ke dalam jiwa, serta menghangatkan keadaan sekitar. Aku, atau mungkin kita, terasa begitu bahagia. Rasanya tak ada hal lain yang dipikirkan, semuanya begitu sempurna. Ini seharusnya menjadi kisah cerita yang panjang, bukan? Tapi nyatanya tidak.

Kain piknik kotak-kotak sudah tergelar rapi. Sepatu-sepatu tersusun mengelilingi. Kudapan dan buah siap menemani. Ditambah, dress casual hijaumu yang menarik hati. Wah, ini pastilah sekadar mimpi. Karena kelelahan, kala itu rautmu sedikit ketus. Akhirnya pun kamu merebahkan badan dengan mengambil posisi telungkup sembari kedua lengan menyangga tubuh, hal itu menciptakan sedikit rongga celah. Tak berpikir lama, tangan kananku masuk ke celah pada tangan kirimu, seketika kepalaku pun bersandar ke pundakmu, kamu nampak terkejut, tapi akhirnya tercipta sebuah senyum di bibirmu.

Entah mengapa, tiba-tiba kamu meraih ponselku. Hal itu membuatku sedikit kaget, karena terjadi sangat tiba-tiba. Tidak hanya sampai situ, kamu memeriksa secara seksama isi ponselku. Aku tidak panik, karena memang tidak ada hal yang aneh-aneh dan aku pun tidak pernah macam-macam. Sayangnya, ada foto wanita lain yang aku sendiri tidak tahu dari mana asalnya. Kamu merasa jengkel dan menajamkan mata ke arahku. Terlihat sangat kesal. Cerita seketika selesai. Sungguh selesai begitu saja. Pada akhirnya, aku termenung karena tak ada kesempatan untuk menjelaskan yang sebenarnya.