Balance (Photo by Shubham Dhage on Unsplash)

Seimbang, menurut gua ini adalah konsep sederhana yang paling ideal untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan untuk setiap manusia. Emang kalo dilihat dari segi "kata", Seimbang tuh ngga memberikan power apa-apa, ngga kaya kata ambisi, semangat, motivasi, dsb. Tapi kalo kita lihat lebih jauh, kata Seimbang ini perlu diperhitungkan.

Menurut gua, definisi Seimbang itu sendiri adalah melakukan sesuatu sesuai dengan takarannya, tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu kekurangan. Semua masih dalam tahap wajar dengan proporsi yang pas.

Kita ambil contoh kasus. Bayangin gimana rasanya kalo kita harus main game berjam-jam tanpa istirahat, pasti bakal ngerasa cape banget kan? Bayangin lagi kalo kita harus maraton nonton drakor 16 episode dalam sehari, pasti bakal "kehilangan" banyak hal kan di hari itu? Semua contoh itu menurut gua bukan hal baik dan hanya ada satu penyebabnya, terlalu berlebihan.

"Tapi Mam, lu ngasih contohnya kan buat kegiatan yang relatif ga positif!"

Mungkin sebagian dari kalian ada yang berpikir kaya gitu. Tapi gua yakin, hal berlebihan juga ngga akan baik bahkan kalo diterapin di hal positif atau baik sekalipun. Kita harus samakan frame terlebih dahulu bahwa "berlebihan" dan "banyak" itu tidak sama, oke?

Sebagai contoh, ketika dalam sehari kita terus mendorong diri kita untuk bekerja, bekerja, dan bekerja tanpa adanya istirahat cukup. Bisa dibayangkan gimana "remuknya" badan, gimana capenya mental. Karena sebagai manusia, kita juga perlu yang namanya istirahat dan tidur yang cukup. Tujuannya ya biar bisa lebih fit lagi untuk menjalani hari selanjutnya.

Contoh lain yang mungkin cukup ekstrem hehe, misal nurut sama orang tua. Mungkin di masa sebelum kita, nurut sama orang tua itu adalah sebuah keharusan, bahkan dalam kasus yang tidak benar sekali pun. Di masa sekarang, nurut sama orang tua itu tetap penting, dan gua setuju. Tetapi yang perlu jadi catatan adalah kita jangan langsung nurut kepada orang tua dengan mentah-mentah, kita perlu kritis.

Gua di sini bukan ngajarin kalian untuk ngelawan orang tua. BIG NO. Tapi yang mau gua garis bawahi adalah perlu adanya feedback antara orang tua dan anak untuk mendapatkan titik temu yang baik dan hasil yang baik. Tujuannya ya jelas, agar komunikasi berjalan secara dua arah. Karena anak bisa salah, dan orang tua juga bisa salah. Tapi tentunya kita sebagai anak harus memberikan feedback tersebut dengan cara halus, tidak meninggikan suara, tanpa ada penekanan, dan tetap menjaga hati orang tua. 

Tuh liat sendiri kan, gua ngga nyuruh kalian melawan orang tua hehehe.

Gua bahkan kalo diberi kesempatan menjadi orang tua mau kalo anak-anak gua nanti jangan terlalu nurut sama gua. Mereka harus punya pemikiran juga, agar komunikasi di dalam keluarga itu tidak hanya terpusat pada pemikiran orang tua. Tentunya, PR yang sangat menantang untuk membuat anak punya pemikiran sendiri. Karena kita harus tetap menjaga si anak punya pemikiran sendiri di dalam batas yang wajar dengan banyaknya distraksi di luar sana.

Wah ini tulisan kenapa jadi banyak ngomongin soal lingkungan di keluarga si? Jadi ga sesuai topiknya.

Tenang tenang, gua ngasih contoh itu karena menurut gua itu adalah contoh yang relatif ekstrem. Jadi, jika konsep Seimbang aja bisa diterapkan pada case itu, gua yakin konsep Seimbang bisa diterapkan diberbagai aspek. Bahkan mungkin sebagian dari kalian setelah ini akan menemukan banyak contoh yang sangat mengedepankan Seimbang, sekali pun dalam hal ibadah. Ya silakan kalian boleh explore-explore sendiri contoh-contohnya dari pelbagai sumber.

Ok mungkin segitu dulu tulisan gua kali ini tentang Seimbang. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan jika kalian ada masukan buat tulisan ini atau ngga sesuai sama cara pemikiran kalian, boleh banget disampaikan. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di tulisan selanjutnya.

Bye!