No Caption (Photo by Markus Spiske on Unsplash)

Hari ini sebenernya seperti hari pada umumnya, sangat biasa dan itu menyenangkan. Gua sarapan pagi, terus ngegym juga, dan sampe di siang ini gua baru mau mulai kerja di cafe yang tenang, ga perlu ada drama dan keributan. Tapi sebenernya keributan terjadi di hari Senin kemarin, keributan yang melibatkan gua, dan dampaknya masih kerasa sampe sekarang, bener2 ga ngenakin. Di sini gua ga akan cerita detail soal keributan kemarin.

Sejak hidup di rumah dari tahun 2020, sebenernya udah banyak keributan dan drama yang terjadi. Awalnya gua ga terbiasa, merasa bingung, marah, sesak, "Ini semua apa si?!". Dan lama-kelamaan pun gua bukan berarti jadi lebih terbiasa, setelah dipikir2, sebenernya gua cuma ikut tenggelam dalam kehidupan yang destruktif. Gua semakin gelap dan terus lebih gelap. Dan fase kehidupan di rumah adalah fase terburuk dalam hidup gua.

Yak! Gua ga melebih2kan. Gua bukan mau membuat ini terkesan dramatic. Ini bener2 apa yang gua rasain sekarang ini. Setelah banyak drama yang udah dilalui selama tinggal di rumah dan beberapa kali gua merenungi semua kejadian itu, lalu membandingkan kehidupan gua selama kurang lebih 11 tahun merantau, gua akhirnya meyakini bahwa fase kehidupan di rumah adalah yang terburuk. Terburuk di sini adalah terburuk versi gua, jadi tolong jangan dijudge. Terburuk di sini bukan berarti gua jadi generasi sandwich di mana gua harus menanggung semua biaya kehidupan keluarga, terburuk di sini juga bukan dalam artian gua ga hidup layak selama di rumah. Gua masih terpenuhi kok kebutuhan sandang, pangan, papan, dan gua masih tidur dengan layak di atas kasur yang menurut gua nyaman. Jadi gua meluruskan kalo terburuk yang gua maksud bukan di aspek tadi, tapi di aspek kewarasan pikiran dan jiwa gua.

Buat sebagian orang, aspek pikiran dan jiwa mungkin sesuatu yang remeh, gua memahami itu. Tapi menurut gua, dengan hidup kita yang singkat, aspek ketenangan pikiran dan jiwa adalah salah satu hal yang penting. Meluruskan lagi, dengan mengedepankan ketenangan pikiran dan jiwa BUKAN BERARTI kita jadi cengeng dan lemah untuk berjuang. Jadi bukan lah alesan kalo kita bisa seenaknya dalam hidup sesuai kemauan dan mood kita aja.

Kehidupan di rumah mengubah gua begitu jauh. Gua jadi menutup diri, merasa ga yakin sama diri sendiri, hidup penuh tekanan, ga leluasa dalam bertindak, merasa malu, dan banyak energi negatif yang menyelimuti gua sekarang ini. Padahal dulu gua ngga kaya gitu. Percaya diri, punya energi lebih, ngga murung, lebih banyak senyum dan ketawa, dan ngerasa lebih bebas. Mungkin penyebab gua berubah bukan cuma drama dari rumah, mungkin kehidupan dewasa memukul gua begitu keras juga sampe menjadikan gua seperti sekarang ini. Tapi gua yakin setelah merenung dengan panjang, porsi drama dari keluarga mengambil bagian yang besar, bisa 80%. Sejujurnya, salah satu alasan gua bisa bertahan sampe sekarang ini adalah gua masih membayangkan diri gua di masa lalu, dan gua masih mau kembali ke fase itu. Humam yang lebih hangat.

Di setiap adanya keributan dan perenungan, gua sebenernya selalu tau solusi terbaik buat gua. Tapi emang hal itu ga mudah karena keadaan gua belum mendukung. Solusinya adalah gua ngekos, punya ruang sendiri. Kendalanya adalah... dengan menghitung semua biaya2 (kos, transportasi, makan, dll) sebenernya bisa aja gua lakuin dengan income dan tabungan gua sekarang ini, tapi nantinya yang bisa gua tabung jadi lebih dikit. Sedangkan gua ada rencana nikah tahun depan dan lagi butuh banget punya tabungan sebanyak2nya. Makanya saat ini hal yang bisa gua lakuin cuma terus menambah income bulanan gua. Doakan semua itu bisa terwujud ya.

Keributan di rumah yang sering terjadi itu pada akhirnya menimbulkan isu baru, "Apakah gua dan pasangan nanti bisa jadi orang tua yang baik?", "Apakah gua dan pasangan bisa memberikan kenyamanan di rumah, terutama untuk anak gua?", dan pertanyaan2 lain yang mana itu semua akan gua diskusiin bersama pasangan, pengen tau juga gimana pendapat dia dan cara dia menyikapi hal itu.

Mungkin segitu aja tulisan dari gua. Terima kasih selalu ya.